Sabtu, 03 September 2011

Tips Untuk Calon Pengantin, Pengantin Baru dan Pengantin Bari

Alhamdulillah Ramadhan baru saja berlalu. Dengan segala ritual ibadahnya seperti puasa, tarawih, tahajjud dan tadarus yang mencerminkan keshalehan individual, juga dengan ibadah sosialnya seperti infak, zakat dan shodaqohnya, yang harus mengiringinya sebagai cerminan keshalehan sosial yang merupakan syarat diterimanya ibadah ta’abudi tersebut. Kenangan Ramadhan tahun ini yang tak terlupakan, dimana kita banyak belajar dari bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan Allah tersebut.
Lebaran yang membahagiakan kita, karena sebagian kita bisa mudik, kumpul bareng keluarga dan bersilaturrahmi dengan orangtua, kerabat, tetangga dan siapapun yang mampu kita saling memberi dan meminta maaf.
Menjelang lebaran, ke rumah kita biasanya sudah mulai ada undangan, setelah lebaran pasti mulai banyak keluarga yang hajat seperti pernikahan, sunatan, syukuran dan lain sebaiganya, Pernikahan dan sunatan biasanya nyambung sampai dengan bulan Rayagung, atau Idul Adha terus menerus. Sampai bagi sebagian kita, kadangkala senang mendapat kiriman berkat sunatan dan pernikahan. Namun, kita juga mulai berpikir mencari cara agar bisa memberi uang “panyecep” atau memberi kepada anak sunat, dan juga memberi “do’a restu” dan “du’a puluh ribu” (minimal biasanya lho, bahkan lebih) sumbangan kepada pengantin dan atau keluarganya.
Jadi, saat ini pasti banyak calon pengantin yang siap-siap menjalani rumah tangga (tentu kalo udah ada calonnya coy), barangkali Anda salah satunya, huhuy…!
Beberapa tips dari saya, yang sebetulnya belum seberapa dibanding para pembaca yang sukses mengarungi samudera rumah tangga, akan tetapi barangkali berguna bagi calon pengantin, pengantin baru atau pengantin bari seperti kita :
Pertama, kalau masalah pernikahan, saya tidak akan memberikan tips, yang terpenting adalah keberanian kita untuk melakukannya, sebab tanpa keberanian Anda tidak akan menikah-menikah, terlalu banyak pertimbangan juga bisa menyebabkan kita lupa akan umur kita yang sudah berapa ? jadi kalau sudah pas, siap, lakukan saja pernikahan tersebut, sebab pernikahan merupakan satu kesalahan manusia yang harus dilakukan. Jangan mencari jodoh yang ideal, sebab tak ada pasangan kita yang ideal, carilah pasangan yang tepat dengan kita, sudah pasti pasangan kita mempunyai kekurangan, yang harus segera ditutupi oleh kita (termasuk di malam pengantin, kalau ada yang kurang-kurang yah saling mengisi dan memberi, disitulah indahnya he…he…)
Kedua, Sebagai menantu atau calon menantu, jadilah Anda orang yang paling dekat dengan mertua, sebisa mungkin dekatlah Anda dengan mertua Anda, kalau perlu lebih dari anaknya sendiri (sebab kalau anaknya sudah pasti dicintainya).
Salah satu contohnya, adalah ketika Anda apel, atau pulang dinas, bawalah makanan yang ringan-ringan buat keluarga mertua/calon mertua ketika Anda berkunjung, seperti martabak, roti bakar, gehu, bala-bala dan lain sebagainya. Dikala Anda punya uang lebih bawalah makanan seperti anggur, apel, jeruk, pir, semangka, lengkeng dan yang lainnya diselang seling sesuai situasi dan kondisi dompet kita. Akan tetapi jangan terlalu sering Anda hanya membawa gehu dan bala-bala saja setap kali apel, sebab itu akan mengindikasikan anda akan segera dicap sebagai orang pelit. “Bawanya gehu….aja tiap kali apel, kayaknya pelit nih orang….!. Jadi jangan pelit dengan sesuatu yang sedikit.
Ketiga, untuk calon mertua laki-laki bawalah rokok kesenangannya, tentu kalau mertua tersebut suka merokok. jangan hanya satu dua batang yah…minimal satu bungkus….atau satu pak tiap kali apel, dijamin anda segera bangkrut he…he…. untuk calon mertua istri, yah sering-seringlah anda bawa oleh-oleh sedikit, dan uang alakadarnya, nggak usah banyak-banyak yang penting sering, sambil katakan: “Bu ini ada uang sedikit buat beli garam…maaf ya Bu cuma lima ratus ribu….he..he…,” dijamin besok Anda langsung dinikahkan….untuk garam aja lima ratus ribu…hebat nih calon mantu emak…..”
Keempat, Namun, ketika Anda sedang tidak punya uang, jangan memaksakan, sehingga nanti ketika sudah menikah, istri, mertua dan keluarganya mengerti bahwa saat kita lagi nggak punya uang tak mengasih apa-apa mereka tetap menyayangi dan mencintai kita, bahkan mereka tahu kita dalam kondisi pailit, alah bisa-bisa kita malah disumbang he…he…
Kelima, dalam hal memberikan uang, maka rencanakan dari awal, rundingkan bersama istri atau suami, saya misalnya, dengan istri merundingkan dulu apa yang akan dikasihkan ke orangtua masing-masing dan ke mertua. Ada satu tips yang sudah teruji bagi kami, jika Anda seorang suami ingin memberikan orangtua Anda sesuatu (apapun itu, oleh-oleh atau uang) maka biarkan istri yangmemberikannya, sehingga orangtua kita tahu bahwa istri kita itu orang baik dan ikhlas memberikannya, sehingga istri kita sangat terhormat dimata orang tua kita. Begitupun ketika istri ingin memberikan sesuatu kepada orangtuanya, maka sebaiknya kita sebagai suami yang memberikan oleh-oleh barang atau uang tersebut ke mertua kita, sehingga mertua kita tahu bahwa kita sangat menyayanginya, dijamin mertua acung dua jempol dech sama kita dan istri kita. Sehingga tak ada istilah berat sebelah, usahakan pemberian kita kepada orangua kita itu selevel dengan pemberian kita kepada mertua kita, misal kalau memberi baju dengan type yang sama namun berbeda corak. kebanyakan dari kita nggak begitu, malah bilang : “Emak, ini dari saya, tapi jangan bilang-bilang dia ya, soalnya kalau tahu dia pasti marah….yah belum apa-apa udah jelekin istri, begitu pula sebaliknya, istri jangan begitu, secara tak sadar menjelekkan suami sendiri di depan orangtua kita. Padahal kehormatan suami/istri adalah kehormatan kita juga.
Begitupun kepada para suami, saya sarankan disamping memberikan nafkah kepada istri, maka dalam dompet kita sebaiknya jangan sampai kosong, buat sedekah kepada keluarga, sanak family, dan atau berbagi dengan orang lain. Banyak kasus, seorang lelaki tak bisa berbuat apa-apa karena uangnya diserahkan semua kepada istrinya, sehingga kepada adiknya atau keluarganya sekalipun, dia tak bisa mengasih apa-apa. ketika ban di jalan bocor, dia harus menelpon dulu istrinya dirumah, berikan pegertian pada istri, bahwa kita memerlukan uang untuk di jalan atau pun berbagi, jangan takut menjadi miskin gara-gara sering berbagai, rezeki datang darimana saja, Allah itu maha kaya, Dia akan menggantinya dari jalan yang tiada disangka-sangka (minhaetsu laa yahtasib), sehingga berbaginya kita adalah juga berbaginya istri kita kepada orang lain, karena mereka ridha dan ikhlas.
Keenam, ada saatnya setelah manikah, kita tak langsung punya rumah, maka ni’mati saja dan jalani saja hidup di Perumahan Mertua Indah, namun saran saya, numpang di rumah mertua sebaiknya mempunyai target waktu, misalnya 3 bulan, enam bulan, satu tahun atau paling lama dua tahun, setelah itu, segeralah berpisah dengan mertua atau orangtua Anda, bisa buat rumah, kalau belum punya uang, tak apa nyewa atau ngontrak, hitung-hitung belajar mandiri dan bertanggung jawab. Sebab dengan berpisah, kita akan menjadi dewasa dan cepat sukses…!, kepada mertua atau orangtua kita kita hanya minta doanya saja, inya Allah, alam akan mengajari kita banyak hal…. kecuali, orangtua kita sudah sebatang kara atau memerlukan kita, maka beliau kita urus dan hormati layaknya anak kepada orangtuanya….itu sangat bernilai disisi Tuhan.
Selanjutnya, pengalaman saya mengelola rumah tangga, saya dengan istri membuat kesepakatan, bahwa siapapun diantara kita, ketika punya rezeki dan ingin memberi orangtua atau keluarga kita masing-masing, itu dipersilahkan, mau berapapun dan barang apapun, jangan terlalu over protektif, sehingga kita terbebas dari cekcok, lantaran pasangan kita memberikan sesuatu kepada orangtuanya dengan sepengetahuan kita, karena pasangan kita tak akan takut dicegah untuk memberi kepada orangtua atau kelauarganya. Toch istri atau suami kita pasti sudah memperhitungkan dan punya pertimbangan matangnya sendiri.
Satu hal sebagai suami, sebagaimana Kitab Suci mengajarkan bahwa Arrijau qowwaamuuna ‘alannisa, saya memahminya bahwa sebagai suami harus memagang kendali rumah tangga. Sebaiknya dan mudah-mudahan kita jangan termasuk Susis (Suami takut istri), saya benar-bear heran dengan suami-suami yang begitu ketakutan dan tidak bisa memutuskan apapun dihadapan istrinya, begitu pula dengan istri, tidak perlu takut berlebihan terhadap suami, sebab suami adalah partner Anda dalam rumah tangga, tak ada yang satu lebih rendah dari yang lainnya, masing-masing tak ada yang menjadi subordinat, karena sebenarnya suami atau istri adalah hanya pembagian peran saja yang berbeda. Yang ada adalah kita sangat menghormati istri/suami kita, sebab kalau seorang suami tidak menghormati istrinya, apalagi orang lain. Begitu pula seorang istri harus menghormati suaminya, sebab bila seorang istri atau suami berani menak-mencak dan memarahi pasangannya dihadapan orang lain, maka pasangan kita sebetulnya sudah tidak mempunyai harga diri lagi.
Bagi yang belum menikah, selamat mencari pasangan, selamat menikah, bagi yang sudah menikah, semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinnah mawaddah warahmah….!
Salam Sukses
Alimudin Garbiz

Artikel ini dimuat juga di Kompasiana :  
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/09/01/tips-untuk-calon-pengantin-pengantin-baru-dan-pengantin-bari/